Gunung Merapi yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa diketahui
adalah salah satu yang paling aktif di antara 129 gunungapi di seluruh
Indonesia. Uniknya, hal itu tak membuat pendaki surut untuk menaklukkan
gunung setinggi 2.978 meter di atas permukaan laut itu.
Adapun
lereng sisi selatan Gunung Merapi berada dalam administrasi Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan sisanya berada dalam
wilayah Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat,
Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di
sisi tenggara. Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman
Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.
Gunung ini dikenal sangat
berbahaya karena menurut catatan modern mengalami erupsi (puncak
keaktifan) setiap dua sampai lima tahun sekali dan dikelilingi oleh
pemukiman yang sangat padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus
sebanyak 68 kali.
Kota Magelang dan Kota Yogyakarta adalah kota
besar terdekat, berjarak di bawah 30 km dari puncaknya. Di lerengnya
masih terdapat pemukiman sampai ketinggian 1700 m dan hanya berjarak
empat kilometer dari puncak. Oleh karena tingkat kepentingannya ini,
Merapi menjadi salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk
dalam proyek Gunung Api Dekade Ini (Decade Volcanoes).
Gunung Merapi. (Wikipedia)Balai
Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM) mencatat setiap hari ada puluhan
pendaki yang hendak menjajal gunung itu. Pada akhir pekan dan hari
libur, jumlahnya bahkan membludak hingga 700-1.000 pendaki.
Situs
resmi Badan Geologi menyebut bahaya utama di Merapi adalah aliran awan
panas. Selain itu, Merapi juga menyimpan ancaman lahar dan erupsi dengan
interval 2-5 tahun sekali. Situs yang sama mencantumkan dua jalur
pendakian lazim menuju puncak Merapi. Pertama, melalui jalur Selo di
sebelah utara yang dimulai pada ketinggian 1.600 meter di Desa
Plalangan, Boyolali. Ini merupakan jalur terpendek menuju puncak yang
kurang lebih memakan waktu empat jam.
Jalur kedua ada di sebelah
barat yakni jalur Babadan. Jalur ini sedikit lebih berat namun
menyajikan pemandangan lebih mempesona. Pendakian dimulai dari Pos
Babadan, melalui Bukit Pahtuk, Bukit Kejen, lalu Pasar Bubrah.
Sebetulnya,
ada juga jalur di sebelah selatan yakni jalur Kinahrejo atau Kaliadem.
Jalur ini relatif berat karena pendaki langsung berhadapan dengan medan
yang terjal dengan sudut lereng antara 30 – 45 derajat. Aktivitas Merapi
yang sekarang mengarah ke selatan membuat jalur ini sama sekali tidak
disarankan oleh Badan Geologi.
Titik paling terkenal di puncak
Merapi adalah Puncak Garuda. Nama tersebut merujuk pada bongkahan batu
besar mirip burung garuda di puncak gunung, persis di bibir kawah.
Setengah badan burung batu itu lenyap akibat letusan Merapi pada 2010.
Bila
melihat foto-foto yang diabadikan pendaki dan dibagi di media sosial,
Puncak Garuda adalah lokasi foto paling favorit. Banyak pendaki menaiki
batu setinggi kurang-lebih 15 meter itu untuk berpose di puncaknya.
Padahal, batu itu miring ke arah kawah.
Garuda inilah yang menelan
nyawa salah satu pendaki Eri Yunanto. Dia dan seorang teman tiba di
puncak Merapi pada Sabtu, 16 Mei 2015 lalu. Usai berpose di puncak batu,
Eri terpeleset dan langsung masuk ke kawah di bawahnya.
Tim
search and rescue (SAR) baru berhasil menemukan tubuh Erri yang telah
tak bernyawa di dalam kawah pada Senin, 18 Mei 2015. Proses evakuasi itu
lambat karena curamnya kawah dan ancaman gas beracun yang menguar dari
kawah.
Kepala Badan Geologi Surono mengatakan kondisi puncak
Merapi memang berbahaya. Kedalaman kawah sekitar 120 hingga 150 meter.
Dalam kawah tersebut terdapat gas berbahaya CO dan H2S yang sangat
pekat. Temperatur gas di dalam kawah sendiri mencapai 200 derajat
celcius bahkan lebih. “Tingginya temperatur dapat menyebabkan kerusakan
pada peralatan yang digunakan tim,” ujar Rono.
Hingga artikel ini
diposting, tim masih berupaya mengangkat jenazah Eri dari dalam kawah.
SAR Mission Coordinator Badan Penanggulangan Bencana Daerah Boyolali
Kurniawan Fajar Prasetyo menargetkan rangkaian proses evakuasi baru akan
rampung siang ini.
Tim akan membuat jalur evakuasi lebih dulu
lalu membawa jenazah Erri ke Rumah Sakit Kepolisian setempat. Usai
diotopsi, jenazah mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta itu akan
diserahkan pada keluarga.
sumber = http://memalukan.info/begini-pesona-dan-bahayanya-gunung-merapi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar